Click it to rent

    BLANTERORBITv102

    Al Thufail bin ‘Amr Al Dausy

    Senin, 28 Maret 2022

    Al Thufail bin ‘Amr Al Dausy adalah pemimpin kabilah ‘Daus’ pada masa jahiliah. Dia adalah salah satu sosok pemuka Arab yang berpengaruh, dan salah seorang tokoh yang terhormat. Tungku tidak pernah diturunkan dari perapian baginya, dan tidak ada pintu yang tertutup baginya. Ia gemar memberi makan orang yang lapar, memberi rasa aman bagi orang yang ketakutan dan melindungi orang yang memohon perlindungan.

    Ditambah lagi dia adalah sosok yang beradab, cerdas dan pintar. Ia adalah seorang penyair yang memiliki perasaan yang peka dan lembut. Dia amat mengerti dengan manis dan pahitnya pembicaraan, sehingga kalimat yang diucapkannya mengandung bobot magis bagi yang mendengarnya.

    Al Thufail meninggalkan rumah tinggalnya di Tihamah menuju Mekkah. Kala itu pergumulan masih terus berlangsung anyara Rasulullah Saw dengan para kafir Quraisy. Masing-masing pihak membutuhkan pendukung dan sahabat.

    Rasul Saw berdo’a kepada Tuhannya dan yang menjadi senjata Beliau adalah keimanan dan kebenaran. Sedang kafir Quraisy menentang dakwah Rasul dengan segala jenis senjata, dan mereka berusaha menghalangi manusia dari Beliau dengan cara apapun.

    Al Thufail mendapati dirinya telah berada dalam peperangan itu tanpa persiapan apapun dan ia turut serta di dalamnya tanpa sengaja. Ia tidak datang ke Mekkah dengan tujuan ini, dan tidak ada dalam benaknya urusan Muhammad dan Quraisy. Dari sini maka dimulailah sebuah hikayat yang tak pernah terlupa bagi Al Thufail bin ‘Amr Al Dausy.

    Al Thufail saat itu telah tiba di Mekah. Begitu para pemimpin Quraisy melihatnya, mereka mendatanginya dan menyambutnya dengan begitu mulia. Dan mereka memposisikan dengan begitu terhormat. 

    Lalu para pemimpin dan pembesar mereka memberitahukan kepada Al Thufail bahwa ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah Nabi yang telah merusak urusan dan mencerai-berai persatuan serta kelompoknya. 

    Mereka khawatir kepada Thufail jika orang itu akan mengganggu dan mengancam kepemimpinannya. mereka berkata: "Janganlah engkau berbicara dengannya, dan  dengar apapun dari pembicaraannya, sebab ia memiliki ucapan seperti seorang penyihir yang dapat memisahkan seorang anak dari ayahnya, dan seorang saudara dari saudaranya, dan seorang istri dari suaminya". 

    Mendengar perkataan mereka, Al Thufail menjadi takut. Sehingga ia bertekad untuk tidak mendekat kepadanya, dan tidak berbicara atau mendengar apapun darinya.

    Saat Al Thufail datang ke Masjid untuk berthawaf di Ka’bah, dan mengambil berkah dengan para berhala yang ada di sana ia pun menyumpal dengan kapas karena khawatir mendengar sesuatu dari perkataan Muhammad.

    Akan tetapi bagitu ia masuk ke dalam Masjid ia mendapati ada seseorang  sedang berdiri melakukan shalat dekat Ka’bah, Al Thufail mengamatinya dengan seksama, Ia melihat bahwa orang itu melakukan ibadah bukan seperti ibadah yang biasa

    ia kerjakan. Al Thfail senang melihat pemandangan ini. Tanpa sadar ia menjadi tercengang dengan ibadah yang dilakukan orang itu. Akhirnya Al Thufail mulai mendekatinya. Sedikit demi sedikit tanpa disengaja sehingga ia begitu dekat dengannya. Kemudian Al Thufail masih terdiam hingga orang itu kembali ke rumahnya. Namun Al Thufail berusaha membututinya dan begitu orang itu masuk ke dalam rumahnya, ia pun turut masuk. 

    Al Thufail berkata: “ Engkau pasti orang yang bernama Muhammad. Ya Muhammad, kaummu telah menceritakanmu kepadaku bahwa kamu begini dan begitu. Mereka terus-menerus membuatku khawatir dari mu sehingga aku menyumpal kedua telingaku dengan kapas agar aku tidak mendengarkan ucapanmu. Namun kemudia ada kehendak lain, sehingga aku mendengar sebagian dari ucapanmu, dan aku mengaggap hal itu adalah baik, maka ceritakanlah urusanmu padaku".

    Muhammad SAW menceritakan urusannya kepada Al Thufail. Beliau juga membacakan untuknya surat Al Ikhlas dan Al Falaq. Al Thufail mendengarkannya dengan seksama dan mencoba meresapi. Ia mulai merasakan cahaya terang menyinari jiwanya yang sudah lama berada dalam kegelapan. Al Thufail berkata "Demi Allah, aku tidak pernah mendengar sebuah ucapan yang lebih baik daripada ucapan mu. Dan aku tidak pernah melihat urusan yang lebih lurus daripada urusan mu.

    Maka pada saat itu juga Al Thufail membentangkan tangannya kepada Rasullah SAW, dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Dan iapun masuk Islam.

    Al Thufail  tinggal beberapa lama di Mekkah untuk mempelajari Islam. Selama itu ia berusaha menghapal beberapa ayat Al Qur’an yang mudah baginya. Begitu ia berniat kembali ke kampung, ia memberitahu rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, Aku adalah seseorang yang dipatuhi di keluargaku. Saat ini aku mau kembali kepada mereka dan menjadi penyeru mereka kepada Islam. Berdo’alah kepada Allah agar ia memberikan aku sebuah tanda kekuasaan-Nya yang dapat menjadi penolongku dalam berdakwah kepada mereka.

    Maka Rasul langsung berdo’a: “Allahumma ij’al lahu ayatan (Ya Allah jadikanlah untuknya sebuah tanda kekuasaan).”

    Al Thufail pun mendatangi kaumnya, sehingga jika ia tiba di sebuah tempat yang tinggi di sekitar rumah mereka maka turunlah sebuah cahaya di antara kedua matanya seolah sebuah lampu. ia pun berdoa: “Ya Allah, jadikanlah cahaya ini bukan pada wajahku, sebab aku khawatir mereka menduga bahwa cahaya ini adalah hukuman yang ditimpakan ke wajahku karena aku meninggalkan agama mereka.

    maka cahaya tadi bergeser dan turun ke pegangan cambuknya. Maka para manusia yang ada saat itu mencoba untuk melihat cahaya yang berada di cambuknya seolah lampu yang tergantung. Dan aku datang menghampiri mereka dari lembah. 

    Al Thufail terus berdakwah sampai daerah Daus hingga Rasulullah Saw berhijrah ke Madinah. Kemudian Meletuslah perang Badr,Uhud, dan Khandaq. Al Thufail datang menghadap Rasulullah SAW dengan membawa 80 kepala keluarga dari daerah Daus yang telah masuk Islam dan menjalankan keislamannya dengan baik. Rasulullah Saw menjadi gembira karenanya, dan Beliau membagikan jatah ghanimah (harta rampasan perang) Khaibar. Lalu mereka berkata: “Ya Rasulullah, jadikanlah kami pasukan tempur sisi kanan dalam setiap peperangan yang kau lakukan. Dan jadikanlah semboyan kami: “Mabrur”

    Al Thufail bin ‘Amr Al Dausy setelah itu terus mendampingi Rasul Saw hingga Beliau kembali ke sisi Tuhannya. Begitu kekhalifahan diserahkan kepada Abu Bakar As Shiddiq, Al Thufail meletakkan diri, pedang dan anaknya untuk taat kepada khalifah Rasulullah Saw. Tatkala pecah peperangan terhadap kaum murtad, Al Thufail berangkat dalam barisan terdepan kaum muslimin untuk memerangi Musailamah Al Kadzab. Dan ia ditemani oleh anaknya yang bernama ‘Amr.

    Dalam peperangan Al Yamamah seorang sahabat agung yang bernama Al Thufail bin ‘Amr Al Dausy tertimpa ujian yang begitu besar, sehingga ia jatuh tersungkur sebagai seorang syahid di medan perang.

    Sedangkan anaknya yang bernama ‘Amr masih terus berperang sehingga sekujur tubuhnya penuh dengan luka dan telapak tangan kanannya putus. Ia pun kembali ke Madinah dari Al Yamamah tanpa ayah dan telapak tangannya.


    Semoga Allah merahmati Al Thufail bin ‘Amr Al Dausy; dia adalah seorang syahid ayah dari seorang syahid. Untuk dapat mengenal sosok Thufail bin ‘Amr Al Dausy lebih jauh
    dapat merujuk ke:
    1. Al Ishabah 2/ 225 atau tarjamah 4254
    2. Al Isti’ab (ala Hamisy al Ishabah) 2/230
    3. Usudul Ghabah 3/54-55
    4. Shifatus Shafwah 1/ 245-246
    5. Siar A’lam An Nubala 1/248-250
    6. Mukhtashar Tarikh Dimasyq 7/ 59-64
    7. Al Bidayah wa An Nihayah 6/337
    8. Syuhada Al Islam 138-143
    9. Sirah Bathal karya Muhammad Zaidan yang diterbitkan oleh Al Dar Al Su’udiyah tahun 1386 H.



    Author

    O.Jihan

    Seorang anak tunggal yang kesepian, sehingga mengisi hari sepinya dengan membaca banyak buku bertema sejarah, teknologi,agama, dan menuliskannya di dunia blog.

    Click it to rent